Review

Info
Studio : Walt Disney Pictures
Genre : Adventure, Comedy, Family
Director : Guy Ritchie
Producer : Marc Platt, Dan Lin
Starring : Will Smith, Naomi Scott, Mena Massoud, Billy Magnussen, Marwan Kenzari, Navid Negahban

Kamis, 23 Mei 2019 - 22:35:13 WIB
Flick Review : Aladdin
Review oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 1264 kali


Trend adaptasi film animasi klasik Disney berlanjut dengan Aladdin. Sineas andal asal Inggris, Guy Ritchie (King Arthur: Legend of the Sword) diberi tanggung jawab untuk menggarap adaptasi animasi-musikal Aladdin yang dirilis di tahun 1992 lalu. Ini jelas beban tersendiri bagi Ritchie, mengingatAladdin telah begitu membekas di benak banyak penikmat film sebagai salah satu animasi terbaik.

Bukan hanya Ritchie yang mendapat tekanan berat, karena aktor senior Will Smith ditunjuk untuk mengisi peran sang Genie yang dulu dengan berkesan dihadirkan oleh Robin Williams. Begitu pula dengan dua aktor muda pendatang baru yang berperan sebagai sang Aladdin dan Putri Jasmine, Mena Massoud dan Naomi Scott.

Secara premis, plotnya tidak berbeda jauh. Aladdin, seorang pemuda yang bertahan hidup di jalanan kerajaan Agrabah berkat kecerdikan serta teman setianya, sang kera cerdas, Abu. Kemudian ia berkenalan dengan Putri Jasmine yang sedang menyamar.

Saat menyusup ke istana guna menemui Jasmine yang mengaku sebagai pelayan, Aladdin ditangkap oleh Wazir Agung kerajaan, Jafar (Marwan Kenzari), karena dianggap bisa menunaikan tugas untuk mengambil sebuah lampu ajaib. Aladdin berhasil menunaikan tugasnya. Sayang, akibat kelicikan Jafar, sang pemuda malah terkurung di gua di mana lampu ajaib tadi berada.

Ternyata lampu tersebut menjadi penghuni Genie yang bisa mengabulkan tiga permintaan. Sebagai yang pertama, Aladdin meminta diubah menjadi seorang pangeran. Dengan berbekal kekayaan barunya, ia pun menyambangi istana Agrabah guna mendapatkan cinta Putri Jasmine. Tentu saja tidak mudah, karena Jafar masih berniat melanjutkan rencananya untuk menguasai kerajaan.

Selain kesamaan dari segi premis, tentunya ada beberapa penyesuaian dan perubahan dalam naskah yang juga ditulis Ritchie bersama dengan John August. Salah satunya adalah semangat feminisme untuk karakter Jasmine, di mana ia digambarkan bukan hanya sekedar putri yang pasrah menunggu nasib, tapi juga memiliki bakat untuk menjadi pengganti sang Sultan untuk memerintah kerajaan.

Agak mengingatkan adaptasi live-action Beauty and the Beast garapan Kenneth Brannagh memang, di mana karakter perempuannya diperlihatkan lebih aktif dan reaktif terhadap situasi atau problematika yang tengah mereka hadapi. Hanya saja tetap saja Aladdin (dan pendahulunya tadi) adalah film Disney, sehingga jangan harapkan konsep atau tema yang lebih subversif lagi.

Jangan juga harapkan Aladdin menjadi film Gut Ritchie ala Lock, Stock and Two Smoking Barrels atau bahkan Sherlock Holmes, karena meski tetap mengedepankan kinetisme dan enerji setipe, namun jelas lebih “jinak” dan ringan kadarnya. Bagaimanapun Aladdin adalah sebuah film keluarga. Tetap saja Ritchie mampu menyajikan beberada adegan laga intens dan mendebarkan, meski porsinya lumayan terbatas.

Dan mungkin Ritchie perlu mendalami lebih lanjut bagaimana eksekusi adegan musikal secara lebih baik, karena jujur saja sekuens lagu dalam Aladdin lebih mirip visualisasi ala karaoke ketimbang secara organis menghadirkan ritme dan ketukan yang esensial dalam perkembangan jalan ceritanya. Tidak heran jika sebagian besar lagu-lagu indah gubahan Alan Menken terasa kurang bernyawa dan berkesan, meski Smith, Massoud dan utamanya Scott, memberikan yang terbaik dari mereka.

Berbicara tentang Scott, jelas ia adalah paling mencuri perhatian. Bintang asal Inggris berusia 26 tahun ini memanfaatkan setiap momen untuk memberikan akting (dan nyanyian) terbaiknya. Scott sangat bisa diandalkan dalam memberi muatan emosi dan jiwa dalam adegan yang memerlukannya. Tidak heran jika sang Pink Ranger dalam Power Rangers (2017) ini ditarik Elizabeth Banks sebagai salah satu Angels dalamCharlie’s Angels versi baru yang juga akan tayang tahun ini.

Sementara itu, Smith juga patut diberi acungan jempol untuk memberi nuansa berbeda dengan versi Robin Williams, sembari tetap memberi penghormatan tersendiri. Tidak heran jika Genie versinya hadir dengan cukup menggelitik dan mengesankan. Sedang Massoud pun ternyata memiliki kharisma tersendiri yang membuatnya layak menjadi perwujudan “nyata” dari Aladdin itu sendiri.

Jika harus dibanding-bandingkan, secara kualitas Aladdin versi live-action ini belum bisa menyamai versi animasinya. Namun bukan berarti tidak memiliki kelebihan tersendiri pula. Meski terkadang terasa artifisial, setidaknya Aladdin mutakhir ini tetap menghibur dengan dibekali visual cantik serta beberapa momentum emosional mengharukan.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.