Review

Info
Studio : 20th Century Fox/New Regency/GK Films/Queen Films
Genre : Biography, Drama, Music
Director : Bryan Singer
Producer : Graham King, Jim Beach
Starring : Rami Malek, Lucy Boynton, Ben Hardy, Joseph Mazzello, Aidan Gillen

Senin, 05 November 2018 - 18:01:07 WIB
Flick Review : Bohemian Rhapsody
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 1522 kali


Terlahir dengan nama Farrokh Bulsara dalam keluarga yang memiliki garis keturunan darah Persia, Freddie Mercury (Rami Malek) menghabiskan awal mudanya dengan menjadi seorang kuli angkut di Bandara Heathrow, London, Inggris. Nasib – dan kemampuan vokalnya yang fantastis – kemudian mempertemukannya dengan Brian May (Gwilym Lee), Roger Taylor (Ben Hardy), dan John Deacon (Joseph Mazello) yang tergabung dalam sebuah kelompok band bernama Smile dan lantas mengajaknya untuk bergabung. Mengawali karir mereka dengan tampil di berbagai kampus dan klub malam, atas usul Freddie Mercury, band tersebut kemudian mengubah nama mereka menjadi Queen dan segera mendapatkan kontrak rekaman dari EMI Records. Berbekal musik yang eksentrik dan lirik lagu yang tajam, Queen segera mendapatkan perhatian dari jutaan penikmat musik di seluruh dunia. Seperti yang dapat ditebak, popularitas tersebut mulai mempengaruhi kehidupan pribadi masing-masing personel Queen. Hubungan persahabatan antara Freddie Mercury, Brian May, Roger Taylor, dan John Deacon mulai merenggang dan bahkan membuat Freddie Mercury mulai mempertimbangkan untuk mengakhiri karir musiknya bersama dengan Queen. 

Well… untuk sebuah biopik yang memberikan fokus pengisahannya pada salah satu karakter yang paling ikonik di industri musik dunia sepanjang masa dan kelompok musik yang lagu-lagunya seperti Bohemian Rhapsody (1975), We Will Rock You (1977), We Are the Champions (1977), Another One Bites the Dust (1980), atau Radio Ga Ga (1984) yang merupakan beberapa lagu rock paling familiar bagi seluruh umat manusia di permukaan Bumi, Bohemian Rhapsody, sayangnya, berjalan layaknya kebanyakan film-film biopik standar khas buatan Hollywood yang memiliki tema penceritaan yang sama. Naskah cerita yang dirangkai oleh Anthony McCarten (Darkest Hour, 2017) berdasarkan cerita yang ia garap bersama Peter Morgan (Rush, 2013) terkesan hanya menyentuh lapisan permukaan dari kehidupan karakter Freddie Mercury tanpa pernah benar-benar mau (baca: mampu) untuk mengolahnya menjadi penceritaan yang berkualitas lebih utuh dan solid lagi. Hal tersebut juga tidak hanya dirasakan dari karakter Freddie Mercury. Karakter-karakter anggota band Queen lainnya, dan hubungan yang terjalin antara mereka, juga tersaji secara dangkal dan tidak pernah hadir dengan penggalian yang lebih mendalam.

Dari bidang pengarahan, sutradara Bryan Singer (X-Men: Apocalypse, 2016) – yang di tengah proses produksi film kemudian dipecat karena tuduhan pelecehan seksual yang menderanya dan kemudian digantikan posisinya oleh Dexter Fletcher (Eddie the Eagle, 2016) namun tetap mendapatkan kredit sutradara tunggal dalam film ini – mampu memberikan ritme penceritaan yang cukup dinamis. Ketika jalan cerita Bohemian Rhapsody hanya mampu menyelam dalam wilayah penceritaan yang dangkal, arahan Singer dan Fletcher berhasil memberikan nyawa pada tiap adegan cerita film ini dengan bantuan penuh dari lagu-lagu milik Queen – yang harus diakui memang benar-benar menyelamatkan kualitas cerita keseluruhan film ini. Singer dan Fletcher menjadikan lagu-lagu milik Queen sebagai bagian integral dari linimasa pengisahan Bohemian Rhapsody, berkisah bagaimana lagu-lagu tersebut dibuat sekaligus menjadi penghantar deretan konflik yang terjadi pada masing-masing personel Queen ketika lagu tersebut dihadirkan. Puncaknya, Singer dan Fletcher menciptakan ulang penampilan bersejarah Queen di acara Live Aid pada tahun 1985 dengan detil yang maksimal dan jelas akan membuat para penonton – bahkan ketika mereka bukanlah seorang penggemar Queen – menjadi terhanyut akan penampilan fenomenal tersebut.

Dan meskipun karakter Freddie Mercury yang ia perankan hadir dengan penggalian konflik dan karakter yang nyaris terasa hambar, Malek tetap mampu memberikan penampilan akting yang jelas akan mendapatkan perhatian dan banyak dibicarakan hingga dalam jangka waktu yang cukup lama. Walau sempitnya pengembangan karakter Freddie Mercury membuat penampilan Malek terkesan membutuhkan sejumlah waktu untuk benar-benar dapat memberikan nyawa yang tepat bagi karakter tersebut, namun penampila Malek sukses memberikan energi tidak hanya untuk karakter Freddie Mercury namun juga pada detak kehidupan dari jalan cerita film ini. Penampilan para pengisi departemen akting film lainnya yang juga diperkuat oleh kehadiran Lucy Boynton, Tom Hollander, dan Mike Myers hadir dalam kapasitas yang memuaskan walaupun, sekali lagi, tidak terlalu mampu banyak berpengaruh akibat penulisan porsi pengisahan yang terlalu minimalis.

Harus diakui, adalah cukup sulit untuk menolak daya tarik yang berhasil ditanamkan Singer dan Fletcher dalam Bohemian Rhapsody. Anda mungkin boleh saja merasa kesal dengan penataan naskah yang terlalu dangkal ataupun oversimplifikasi berbagai konflik maupun masalah yang mendera sang karakter utama film ini. Namun, Bohemian Rhapsody dengan cerdas memanfaatkan lagu-lagu Queen dalam pengisahannya yang lantas memberikan atmosfer penceritaan yang menjadi terasa lebih baik.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.