Review

Info
Studio : Warner Bros. Pictures
Genre : Sci-fi, Thriller
Director : Denis Villeneuve
Producer : Broderick Johnson, Andrew A. Kosove, Bud Yorkin, Cynthia Yorkin
Starring : Ryan Gosling, Harrison Ford, Jared Leto, Robin Wright, Ana de Armas, Dave Bautista

Sabtu, 07 Oktober 2017 - 17:08:54 WIB
Flick Review : Blade Runner 2049
Review oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 2029 kali


Meski saat dirilis di tahun 1982, Blade Runner tidak mendapatkan penerimaan yang begitu menggembirakan, baik dari tanggapan kritikus maupun perolehan hasil box office, namun dengan berjalannya waktu, film karya Ridley Scott ini kemudian meraih aklamasi sebagai salah satu film fiksi-ilmiah terbaik sepanjang masa. Terlepas dari eksistensi berbagai versi film yang kemudian hadir. Lompat 35 tahun kemudian, kini hadirlah sebuah sekuel (yang sudah ditunggu-tunggu banyak orang), Blade Runner 2049, di bawah kendali sutradara Dennis Villaneuve.

2049 (seterusnya kita sebut begitu saja) datang untuk menyusul kesuksesan Villeneuve dengan drama fiksi-limiah pertamanya, Arrival. Oleh karena itu, kombinasi antara Villeneuve, nama Blade Runner itu sendiri dan tentunya kembalinya Harrison Ford memerankan salah satu karakter ikoniknya, Rick Deckard, sang blade runner pemburu replicant, atau manusia yang dikreasi secara rekayasa ilmiah, jelas menambah semangat untuk menunggu hasilnya.

Meski demikian, alih-alih kembali memberi fokus pada Deckard, sudut pandang diubah ke seorang replicant versi baru yang sudah terintegrasi dengan masyarakat dan bertugas sebagai blade runner bernama K (Ryan Gosling).

Meski hadir layaknya manusia biasa, sebagai seorang replicant K tentu memiliki keunggulan tersendiri, selain beberapa keterbatasan yang membedakan dengan para penciptanya dan kemudian menempatkan dirinya dalam strata di bawah manusia. Ia adalah seorang perwira yang patuh dibawah pimpinan Letnan Joshi (Robin Wright), termasuk saat harus memburu para replicant pembangkang yang tersisa.

Kasus terbarunya kemudian membawa K terjebak pada konflik kepentingan antara sang atasan dengan Niander Wallace (Jared Leto), seorang pemilik perusahaan pembuat replicant, dan juga para gerilyawan replicant yang tersisa. Penyelidikan K kemudian mengantarkannya pada pencarian sosok Deckard yang dipercaya oleh K bisa memberi jawaban atas berbagai pertanyaan yang mengemuka.

Jika Blade Runner berseting tahun 2019, maka 2049 melangkah ke beberapa dekade ke depan, yaitu 2049 tepatnya. Banyak yang terjadi selama 35 tahun terakhir di dunia dystopia Blade Runner, meski rasa-rasanya orang-orang di dalamnya senantiasa terlihat murung di bawah siluet cahaya neon yang menerangi malam.

K tentunya berbeda dengan Deckard yang cenderung eksplosif. Ia adalah sosok yang tenang, kalkulatif dan sudah merasa cukup dengan hidup berdua dengan Joi (Ana de Armas). Namun kasus yang kini dihadapinya membuat semua yang dipercayai oleh K menjadi goyah dan ia mulai mempertanyakan eksistensi dirinya.

Karena ini sebuah karya Denis Villeneuve, maka 2049 bukanlah sebuah film fiksi-ilmiah dengan bersandarkan pada aksi laga fantastis. Ada beberapa adegan untuk itu, tapi dalam durasi 2 jam 43 menit, Villeneuve lebih memilih menghadirkan sisi drama dengan lebih tebal dan dibalut neo-noir yang juga diusung oleh pendahulunya.

Dengan suplemen teknis seperti visual menakjubkan garapan Roger Deakins, tata suara atraktif, efek khusus memukau, serta iringan musik latar atmosferik kreasi Hans Zimmer, 2049 terasa lebih seperti sebuah pengalaman meditatif ketimbang fiksi ilmiah itu sendiri. Mesk tempo bergerak perlahan dan Deckard baru muncul lebih dari separuh durasi, berkat bangunan karakter K yang kuat (dan didukung akting prima Gosling), kita tidak merasa keberatan. Kita rela terhanyut dalam kemurungan sang replicant yang tengah mengalami krisis eksistensi tersebut.

Plot melaju dalam alur layaknya cerita detektif, maju dan mundur secara mulus, sementara suspensi dan aspek dramatik menjalin menjadi sebuah narasi menggugah dan membangkitkan rasa penasaran. Meski bukan lagi diangkat dari Do Androids Dream of Electric Sheep?, tapi naskah tulisan Hampton Fancher dan Michael Green tetap sejalan dengan aspek tematis yang disajikan Philip K. Dick dalam karyanya tersebut; filosofi moralitas, pemikiran dan penciptaan.

Perpaduan setiap eleman tadi, memberi janji jika 2049 akan menjadi film fiksi-ilmiah terbaik berikutnya dan tak akan lekang oleh zaman. Sampai kemudian kita masuk ke paruh kedua film.

Dari sini film mulai berpanjang-panjang, apalagi setelah kita sudah bisa meraba sebenarnya ia ingin bercerita tentang apa. Eksposisi bertabur nyaris di setiap dialog yang disampaikan karakternya, sehingga alur yang tadinya enak untuk diikuti menjadi agak berlarat. Saat di awal kita mengira 2049 akan berbicara tentang sesuatu yang "besar" dan epik, naskah kemudian ternyata lebih mengedepakan konflik dan resolusi yang lebih personal.

Tidak menjadi masalah sebenarnya jika film fiksi-ilmiah meminggirkan cita rasa epik dan memilih untuk hadir secara lebih membumi atau intim. Hanya saja tidak jika kerangka cerita di awal tidak memberi indikasi seperti itu. Apalagi karakter-karakternya kemudian berubah seperti datang dari film aksi kelas B, termasuk untuk karakter Wallace yang diperankan oleh Leto dan sang asisten, replicant berbahaya Luv (Sylvia Hoeks). Pada akhirnya mereka terlihat karikatural seperti villain James Bond dan sang henchman, ok henchwoman, dengan motif klise seperti dominasi dunia.

Film diniatkan ditutup dengan adegan yang diharapkan menyentuh dan mengaduk-aduk emosi penonton. Tapi karena bangunan cerita dan antisipasinya tidak tergali secara lebih baik, akhirnya malah terasa tanggung atau anti-klimaks, terlepas dari betapa puitisnya visualisasi untuk momen tersebut.

Blade Runner 2049 tetap sebuah film memukau. Bahkan layak jika memang harus disanding-sandingkan dengan pendahulunya. Secara teori, ia seharusnya menjadi film fiksi-limiah besar berikutnya. Secara praktik, ia belum sampai pada taraf tersebut.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.