Review

Info
Studio : Red Chillies Entertainment
Genre : Drama, Romance, Comedy
Director : Imtiaz Ali
Producer : Gauri Khan
Starring : Shah Rukh Khan, Anushka Sharma, Aru Krishansh Verma, Chandan Roy Sanyal

Senin, 07 Agustus 2017 - 21:57:59 WIB
Flick Review : Jab Harry Met Sejal
Review oleh : Haris Fadli Pasaribu (@oldeuboi) - Dibaca: 2140 kali


Imtiaz Ali (Jab We Met, Love Aaj Kal), dikenal sebagai sutradara yang membawa gaya baru dalam film-film roman Bollywood. Sedang Shah Rukh Khan (SRK) adalah Raja Film Romantis  Bollywood. Jadi, saat keduanya berkolaborasi dalam Jab Harry Met Sejal, tentunya sulit untuk menahan ekspektasi menjadi besar. Ditambah lagi dengan hadirnya salah satu aktris terkemuka perfilman India masa kini, Anushka Sharma, yang melakukan reuni bersama SRK setelah Rab Ne Bana Di Jodi (2008) dan Jab Tak Hai Jaan (2012).

Mengusung alur ala road movieJab Harry Met Sejal mengambil tema tentang penemuan jati diri dan pastinya juga cinta. Kisahnya sederhana saja, Harry (SRK) adalah seorang pemandu wisata di Eropa yang harus menemani mantan kliennya, seorang turis India bernama Sejal (Sharma) yang kelabakan dalam mencari cincin pertunangannya yang hilang.

Awalnya Harry, yang memiliki sifat getir dan rada temparemental, menolak untuk membantu Sejal. Namun kekeras-kepalaan Sejal membuat Harry harus mau menemani sang dara bersifat blak-blakan tersebut dalam mengelilingi beberapa negara Eropa.

Sebagaimana yang bisa diduga, di sepanjang perjalanan hubungan mereka perlahan tapi pasti pun mulai menjadi karib, bahkan mesra, meski awalnya hanya didasari kewajiban pekerjaan bagi Harry dan semacam “petualangan” bagi Sejal yang (mungkin) untuk pertama kalinya terpisah dari keluarga besarnya.

Di atas kertas konsep Jab Harry Met Sejal memang klise. Dan tidak, film bukan mencoba mengadaptasi film komedi romantis klasik, When Harry Met Sally, melainkan ratusan atau bahkan ribuan tipologi drama percintaan lain. Sayangnya, secara eksekusi film pun seklise konsepnya, dengan plot yang berjalan dalam mode otomatis.

Dalam durasi 2 jam 24 menit, film terasa sangat panjang seolah tak berkesudahan karena bertele-tele dalam menyampaikan muatan cerita setipis wafernya. Nyaris sepanjang durasi kita diwajibkan terlibat dalam battle of sexes antara Harry dan Sejal, yang sebenarnya begitu tertebak dan berputar-putar, sebagaimana perjalanan yang mereka lakukan.

Di beberapa bagian, naskah yang ditulis oleh Ali mencoba memasukkan sentilan isu sosial, tentang migran ilegal misalnya, tapi terasa sangat dipaksakan dan tidak perlu. Ali seolah kehabisan akal untuk mengembangkan ceritanya dengan ide-ide kreatif atau segar. Bahkan semenjak di beberapa menit awal, stagnansi dalam film sudah terasa. Untungnya, hadir jeda beberapa lagu atraktif komposisi Pritam (dan bahkan Diplo) menjadi oase. Kalau tidak, film mungkin akan sulit terselamatkan dari jurang kebosanan.

Harry dan Sejal juga tidak memiliki karakterisasi solid. Di beberapa bagian Harry diperlihatkan seolah-olah memiliki trauma masa lalu sebagai penyebab sosok getir/temparemental, atau murahan sebagaimana diakuinya sendiri. Tapi tidak dijelaskan penyebabnya bahkan sampai film berakhir.

Sementara Sejal menyebutkan dirinya sebagai gadis modern, berpendidikan tinggi dan berpikiran terbuka, namun masih memandang dirinya berdasarkan refleksi orang lain, terutama kaum laki-laki. Mengapa? Tidak jelas.

Mereka lebih mirip karikatur ketimbang sosok-sosok tiga dimensi dengan kedalaman. Ujung-ujungnya membuat penonton sulit untuk bisa mengidentifikasikan diri dengan mereka karena ada jarak membentang untuk itu. Membingkai Harry dan Sejal dengan arketipe urban dan beberapa adegan “imut” dan “romantis” tidak bisa menutupi kekosongan substansial Jeb Harry Met Sejal.

Dengan materi yang tidak mengizinkan  karakternya berkembang secara proporsional, Sharma bermain cukup apik dan membuat kita sebagai penonton peduli dengan Sejal. Sementara SRK kembali ke wilayah amannya dengan melakukan pengulangan akting dari puluhan filmnya yang lalu (terutama roman), termasuk gestur-gestur khasnya.

Sayang sebenarnya, karena Imtiaz Ali adalah salah satu sutradara India masa kini dengan pendekatan kontemporer segar. Sedang siapa yang tak mengenal kharisma sosok aktor ikonik seperti Shah Rukh Khan yang senantiasa berada di papan atas di sepanjang karir di lebih dari dua dekadenya? Perpaduan dua nama besar ini ternyata hanya mampu menghasilkan sebuah film semenjana yang menolak untuk tampil simpel dan sederhana, meski materinya sebenarnya simpel dan sederhana.

Bisa jadi Jab Harry Met Sejal justru akan lebih mengesankan saat dituturkan dalam melodrama ala masala murni, ketimbang memaksakan diri menjadi sebuah drama urban millennial. Siapa tahu?

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.