Review

Info
Studio : Soraya Intercine Films
Genre : Comedy
Director : Raditya Dika
Producer : Sunil Soraya
Starring : Raditya Dika, Pevita Pearce, Pongsiree Bunluewong, Marthino Lio, Indra Jegel, Tarzan

Sabtu, 15 April 2017 - 08:19:10 WIB
Flick Review : The Guys
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 2096 kali


Lewat Hangout (2016), Raditya Dika memberikan kejutan pada banyak penikmat film Indonesia. Thriller comedy yang kemudian berhasil mengundang hampir tiga juta penonton selama masa penayangannya tersebut membuktikan bahwa pengarahan Dika mampu tumbuh dewasa dengan baik sekaligus memberikan warna baru bagi penceritaan komedi yang memang telah begitu melekat pada dirinya. Film terbaru arahan Dika, The Guys, juga hadir dengan nada pengisahan yang sama dewasanya dengan Hangout meskipun Dika kembali menghadirkan sajian komedi romansa dalam naskah cerita yang ia garap bersama Sunil Soraya dan Donny Dhirgantoro – dua penulis naskah yang sebelumnya telah bekerjasama dengan dirinya lewat Single (2015). Sayangnya, naskah yang sepertinya berusaha untuk menyentuh begitu banyak problema dari karakter-karakternya membuat pengarahan Dika terasa kehilangan banyak fokus yang berujung pada kegagalan The Guys untuk tampil dengan pengisahan yang lebih tajam.

Dalam The Guys, Dika berperan sebagai seorang karyawan agensi periklanan bernama (kejutan!) Alfi. Alfi, yang awalnya (seperti karakter Dika lainnya) merupakan seorang pria yang sulit untuk menemukan sosok wanita yang dapat menyukainya, kemudian mampu menarik perhatian seorang gadis cantik bernama Amira (Pevita Pearce) berkat sebuah pertolongan yang sempat diberikannya pada gadis tersebut. Sial, di saat yang bersamaan, ayah Amira, Jeremy (Tarzan), dan ibu Alfi, Yana (Widyawati Sophiaan), yang sama-sama telah lama ditinggalkan oleh pasangan masing-masing, ternyata juga saling menyukai satu sama lain setelah dikenalkan oleh anak-anak mereka. Bersama dengan tiga sahabatnya, Rene (Marthino Lio), Aryo (Indra Jegel) dan Sukun (Pongsiree Bunluewong), Alfi lantas mulai menyusun rencana agar hubungan ibunya dengan ayah Amira tidak berlanjut lebih jauh yang jelas akan membuat dirinya tidak lagi mungkin untuk mendekati Amira.

Permasalahan terbesar yang dihadapi The Guys harus diakui datang dari naskah ceritanya. Sebagai sebuah film yang berjudul The Guys, film ini sama sekali tidak memberikan eksplorasi yang lebih kuat dan mendalam pada plot pengisahan yang membuat film ini layak untuk diberikan judul The Guys. The Guys, sebuah referensi yang menunjukkan plot cerita mengenai hubungan persahabatan yang erat antara karakter Alfi dengan ketiga teman-temannya, justru merupakan bagian minor dari penceritaan keseluruhan film dan baru diberikan fokus yang utuh pada paruh ketiga penceritaan film. Kisah persahabatan Alfi, Rene, Aryo dan Sukun lebih sering ditampilkan sebagai bagian pendukung dari kisah usaha dari karakter Alfi untuk merebut perhatian karakter Amira. Karakter Rene, Aryo dan Sukun juga tidak pernah mendapatkan penggalian karakter yang lebih dari sekedar sidekick atau pendamping bagi karakter Alfi. Fondasi pengisahan yang cukup lemah inilah yang membuat plot persahabatan antara keempat karakter yang kemudian menjadi fokus pada paruh ketiga film terasa berjalan tidak terlalu meyakinkan.

Tidak hanya plot tentang persahabatan antara karakter Alfi, Rene, Aryo dan Sukun yang gagal dikembangkan dengan baik. Hampir seluruh konflik yang diciptakan dalam naskah cerita The Guys tidak mampu digarap secara (lebih) matang. Jalinan hubungan romansa antara karakter Alfi dengan karakter Amira yang mendapatkan durasi penceritaan paling besar seringkali berbagi perhatian dengan plot pengisahan perjalanan hubungan antara karakter Jeremy dan karakter Yana – yang sebenarnya tampil lebih menarik daripada kisah hubungan antara karakter kedua anak mereka namun gagal untuk mendapatkan porsi pengisahan yang lebih maksimal. Di sela-sela penceritaan deretan plot tersebut, The Guys juga menyempatkan diri untuk menampilkan kisah mengenai mimpi dari karakter Alfi untuk keluar dari pekerjaannya dan hidup mandiri dengan membuka usahanya sendiri. Pengarahan Dika sendiri cukup kuat untuk membantu deretan plot tersebut terasa mengalir dalam pengisahannya daripada terkesan sebagai jalinan benang penceritaan yang kusut. Meskipun begitu, jelas tidak dapat dipungkiri bahwa potensi pengisahan yang sebenarnya cukup menarik dalam film ini gagal untuk diolah dengan lebih baik.

Terlepas dari kelemahan-kelemahan tersebut, The Guys sendiri masih memiliki beberapa momen yang mampu memberikan tawa yang meriah bagi para penontonnya. Mereka, khususnya yang merupakan penikmat komedi garapan Dika, jelas sekali lagi akan terhibur oleh banyak bagian film ini. Penampilan akting para pemeran juga menjadi bagian paling solid dari The Guys. Dika, seperti guyonan karakter Surya Saputra dalam Hangout, masih tampil dengan kapabilitas akting yang sama. Chemistry yang ia hasilkan bersama Pearce juga seringkali terasa datar. Para pemeran pendukung film justru yang sering hadir mencuri perhatian. Berperan sebagai Jeremy yang terkesan galak namun sebenarnya memiliki sifat romantis yang mendalam, Tarzan dianugerahi barisan dialog komikal yang berhasil ia eksekusi dengan sempurna. Penampilan Lio, Jegel dan Bunluewong juga sering menghadirkan momen menyenangkan dalam The Guys dengan penampilan aktor Thailand, Bunluewong, yang berperan sebagai pria Thailand yang masih kesulitan berbahasa Indonesia dalam kesehariannya sering tampil mencuri perhatian. Secara keseluruhan, The Guys bukanlah sebuah presentasi yang buruk. Namun, naskah cerita yang gagal untuk diolah dengan lebih matang membuat pengarahan Dika tampil tanpa fokus yang lebih kuat.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.