Review

Info
Studio : Moonstone Entertainment
Genre : Horror
Director : Joe Nimziki
Producer : Kevin Kasha, Joel Kastelberg, Ernst Etchie Stroh
Starring : Lindsey Shaw, Landon Liboiron, Ivana Milicevic, Jesse Rath, Niels Schneider

Minggu, 15 April 2012 - 12:46:54 WIB
Flick Review : The Howling: Reborn
Review oleh : Amir Syarif Siregar (@Sir_AmirSyarif) - Dibaca: 3661 kali


Aslinya, The Howling: Reborn adalah sebuah film yang dirilis langsung dalam bentuk home video di negara asal dan banyak negara lainnya. Namun, beruntung bagi para penonton di Indonesia, mereka diberikan kesempatan untuk lebih menghargai film-film produksi negara mereka sendiri dengan menyaksikan film berkualitas buruk ini langsung di layar lebar. Walau terkesan sebagai sebuah seri lanjutan dari The Howling (1981), sebuah film horor tentang manusia serigala yang disutradarai oleh Joe Dante, The Howling: Reborn sama sekali tidak memiliki keterkaitan kisah maupun karakter dengan film yang sempat meraih kesuksesan kritikal dan komersial tersebut. The Howling: Reborn sepertinya diproduksi sebagai cara murahan untuk menduplikasi kesuksesan kisah romansa yang ditawarkan franchise The Twilight Saga (2008 – 2012)… namun gagal total.

Walau menempatkan The Howling II (1979) karya Gary Brandner –penulis novel The Howling (1977) yang diadaptasi oleh Joe Dante dengan judul yang sama – The Howling: Reborn memiliki kemiripan cerita yang minim dengan novel tersebut. The Howling: Reborn berkisah mengenai Will Kidman (Landon Liboiron) yang baru saja berulang tahun ke-18 sekaligus akan menyelesaikan masa pendidikan sekolah mengenah atasnya. Will sendiri memiliki masa lalu yang kelam. Ibunya, Kathryn (Ivana Milicevic), menjadi korban pembunuhan ketika dirinya masih di kandungan. Walaupun ia selamat, hubungan Will dan ayahnya, Jack (Frank Schorpion), terus tumbuh semakin menjauh seiring dengan pertambahan usia Will karena trauma yang dialami ayahnya akibat meninggalnya sang istri.

Kini, Will telah bersiap-siap untuk menempuh sebuah kehidupan dewasa yang baru. Sebuah kehidupan yang ia harapkan akan menjadi berbeda dengan kehidupan terasing yang selama ini ia jalani. Namun, masa-masa akhir sekolahnya kemudian berubah menjadi sebuah petualangan yang aneh ketika ia harus menghadapi sekelompok anak yang terus menyudutkan dirinya. Will juga berusaha untuk mendekati Eliana Wynter (Lindsey Shaw), gadis yang semenjak lama memang telah diincarnya. Berbagai kesialan tersebut juga semakin ditambah dengan sebuah misteri dari masa lampau yang kini muncul kembali menghantui Will. Sebuah misteri yang juga siap untuk menghancurkan masa depan Will.

Kualitas penceritaan yang dihantarkan oleh sutradara Joe Nimziki sepertinya telah begitu menjelaskan mengapa distributor film ini lebih memilih untuk mendistribusikan The Howling: Reborn langsung sebagai sebuah produk home video di banyak negara. Film ini terlihat bagaikan sebuah karya seorang amatir yang tidak pernah benar-benar paham mengenai bagaimana cara untuk mengarahkan sebuah penceritaan film yang tepat. Naskah yang ditulis oleh Nimziki bersama James Robert Johnston jauh dari kesan sebagai sebuah naskah cerita yang layak untuk difilmkan. Plot cerita yang hilang timbul di berbagai bagian, karakter-karakter dangkal yang menghiasi jalan cerita dari awal hingga akhir, ritme cerita yang entah mau dibawa ke arah mana hingga jalan cerita yang begitu klise dan terkesan begitu bodoh.

Tidak berhenti disitu. Jajaran departemen akting The Howling: Reborn juga menampilkan kualitas akting yang semakin memperburuk citra film ini. Tidak satupun diantara para pemeran The Howling: Reborn yang dapat terlihat mampu tampil dengan meyakinkan dalam memerankan karakter mereka. Tata produksi film ini juga sama buruknya. Special effect yang ditampilkan berkualitas seadanya. Tidak masalah sebenarnya. Namun beberapa kali pengarahan Nimziki membuat tata produksi yang seadanya tersebut membuat kualitas visual film ini menjadi buruk. Belum lagi lagu-lagu pengiring adegan yang dihadirkan. So bad and annoying!

Meh… cukup menyedihkan untuk mengetahui bahwa penonton Indonesia harus menyaksikan film internasional berkualitas semenyedihkan The Howling: Reborn ketika beberapa film asing lainnya, yang sempat ditayangkan pada pertunjukan tengah malam dan berkualitas jauh lebih berkelas, kemudian harus tersingkir karenanya. The Howling: Reborn tampil dalam kualitas yang sangat rendah. Mulai dari susunan jalan ceritanya yang sangat klise, tata produksinya yang jelas terasa menggangu hingga penampilan para pengisi departemen aktingnya yang begitu lemah.  The Howling: Reborn jelas adalah sebuah produk sia-sia yang jelas tak bermakna apapun.

Rating :

Share |


Review Terkait :

Comments

© Copyright 2010 by Flick Magazine - Design by Hijau Multimedia Solution. All Rights Reserved.